Makin Pedas! Harga Cabai Di Lamongan Tembus Rp 60 Ribu Per Kg

banner 120x600

MitraBangsa.Online – Harga cabai di sejumlah pasar tradisional Lamongan semakin pedas. Awal pekan ini, harga cabai terpantau menyentuh angka Rp 60 ribu per kg. Melesatnya harga cabai di pasaran salah satu sebabnya cuaca ekstrem akibat elnino. Mahalnya harga cabai rawit di pasar tradisional ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Padahal, 2 pekan lalu cabai rawit masih di kisaran harga Rp 32 ribu per kg. “Kalau pekan lalu Rp 52 ribu perkilogram, awal pekan ini sudah Rp 60 ribu perkilogram. Padahal, 2 pekan lalu masih Rp 32 ribu perkilogram,” kata Maisaroh, salah seorang pedagang, Senin (23/10/2023).

Hal yang sama juga diakui pedagang lainnya di Pasar Sukomulyo Lamongan, Iin Rusdiawati. Ketua perwakilan pedagang Pasar Lamongan ini menyebut hampir 2 pekan terakhir cabai naik cukup signifikan. “Cabai rawit misalnya, jika beberapa waktu lalu Rp 35 ribu per kg, kini melesat menjadi Rp 60 ribu, sedangkan cabai lalapan hijau sebelumnya Rp 30 ribu, kini mencapai Rp 35 ribu per kg. Cabai merah besar terpantau stabil, yakni Rp 28 ribu per kg,” ungkapnya.

Menurut pedagang pasar, melesatnya harga cabai ini dipicu karena cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah Jawa Timur sehingga pasokan dari petani pun berkurang. Para petani, aku pedagang, banyak yang mengalami gagal panen akibat cuaca panas ekstrim. Semakin pedas harga cabai ini diperkirakan pedagang masih akan terjadi mengingat cuaca panas hingga kini masih terus terjadi. “Selain cabai, jenis sayuran seperti kacang-kacangan juga mengalami kenaikan dan kelangkaan akibat tidak adanya panen di tingkat petani,” tambah Iin

Melesatnya harga cabai di sejumlah pasar ini juga diakui Dinas perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan. Kepala Disperindag Lamongan Anang Taufik menjelaskan, saat ini masa panen cabe rawit merah di dataran rendah sudah hampir berakhir sedangkan di dataran tinggi pada Oktober ini baru mulai tanam. Selain itu, berkurangnya luas area panen cabai akibat kekeringan sebagai dampak Elnino. “Masa panen cabe rawit merah di dataran rendah sudah hampir berakhir sedangkan di dataran tinggi pada Bulan Oktober baru mulai tanam. Selain itu, terjadi pengurangan luas area panen cabai akibat kekeringan sebagai dampak dari elnino,” jelasnya.

Meski mengalami kenaikan sebagai dampak dari elnino, Anang memastikan stok cabai di Lamongan masih mencukupi. Selain stok cabai yang masih mencukupi, Anang menyebut jika stok ketersediaan dan harga beras di Lamongan juga masih mencukupi. “Hasil koordinasi, ketersediaan atau stok cabai rawit merah dan beras masih mencukupi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *