MitraBangsa.Online – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai kondisi politik saat ini terlalu banyak drama, bukan diisi dengan adu gagasan. Terkait hal tersebut, bakal capres dari PDIP Ganjar Pranowo pun angkat bicara. Ganjar sepakat dengan pernyataan tersebut. Namun, dia menyinggung demokrasi harus sesuai porsinya. “Saya setuju pertarungan gagasan. Ya nggak papa, semua orang bisa berkomentar apa pun. Saya setuju dengan politik gagasan, maka demokrasi mesti kita dudukkan dalam porsinya sehingga cara-cara yang tidak pas jangan dipakai,” kata Ganjar di kantor CSIS, Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Ganjar menilai, dengan demokrasi yang sesuai porsi, semua memiliki ruang yang adil. Ia menegaskan semua pihak harus jujur. “Sehingga semua punya sikap yang sama, punya lapangan yang fair, sehingga gagasan-gagasan itu bisa disampaikan. Dan kita harus jujur,” ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi menyebutkan pernyataan tersebut saat memberi sambutan di HUT ke-59 Golkar yang digelar di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Senin (6/11). Jokowi awalnya meminta semua pihak memiliki pandangan yang sama untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas.
“Saat ini kita sudah masuk tahun politik tahun pemilu, dan saya ingin kita semua memiliki pandangan yang sama bahwa dalam demokrasi, yang namanya kompetisi politik itu biasa itu biasa, wajar, keinginan untuk menang itu juga boleh-boleh saja, itu juga wajar, bertanding untuk menang itu hal yang sangat wajar, tapi yang harus tetap kita tunjukkan adalah demokrasi yang berkualitas,” kata Jokowi.
Jokowi mengingatkan demokrasi yang dibangun saat ini tidak bertujuan untuk memecah belah bangsa. Jokowi ingin demokrasi menghasilkan solusi-solusi bagi untuk kemajuan bangsa. “Demokrasi yang tidak memecah belah, demokrasi yang tidak saling menjelekkan dan saling memfitnah, demokrasi yang ingin kita bangun adalah demokrasi yang membangun, yang menghasilkan solusi terhadap masalah-masalah bangsa, yang menghasilkan strategi-strategi untuk kemajuan bangsa,” ujarnya.
Jokowi lantas menilai kondisi politik saat ini penuh dengan drama. Dia menyebut seharusnya pertarungan demokrasi diisi dengan kompetisi adu gagasan, bukan adu perasaan. “Karena saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya, sinetron yang kita lihat. Mestinya kan pertarungan gagasan, mestinya kan pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan, repot semua kita. Tidak usah saya teruskan, nanti ke mana-mana,” ujarnya.