2 Ribu Ton Beras Impor Masuk Ke Indramayu Sang Lumbung Padi

banner 120x600

MitraBangsa.Online – Dua ribu ton beras impor telah masuk ke Kabupaten Indramayu. Rencananya, beras itu akan digunakan sebagai beras komersial.”Sekitar dua minggu lalu ya, iya Thailand lewat Patimban. Cuman kami dapat 2 ribu ton (beras impor),” kata Pimpinan Cabang Perum Bulog Indramayu Ilhamsyah, Jumat (10/11/2023).

Ilhamsyah menyebut, bahwa Bulog Indramayu sengaja mengambil stok beras impor tersebut untuk kebutuhan program komersial. Beras impor sebanyak sekitar 2 ribu ton itu akan dijual kepada masyarakat dengan harga premium.”Kalau beras impor Indramayu tuh ada, tapi nanti kita jual komersial. Komersial itu dijual kepada masyarakat dengan harga premium. Iya harga Rp12 ribu tapi up gudang ya,” jelasnya.

Bulog Indramayu tidak menampik bahwa selain turut menjaga ketahanan pangan di bawah naungan negara. Bulog juga merupakan perusahaan umum milik negara yang juga memerlukan sisi komersial. Sehingga, pihaknya mengubah beras impor yang ditujukan untuk PSO menjadi program komersial.”Masih ada di gudang. Nanti setelah ada program dari pusat ini untuk, kan beras tuh harusnya PSO kan tapi dialihkan jadi beras komersial karena kualitasnya premium. Istilahnya tuh namanya Bulog juga mencari keuntungan ya ada segi komersial nya,” ucapnya.

Diakui Ilhamsyah, pembelian gabah atau beras di kalangan petani saat ini cukup memberatkan. Karena, banyak petani yang lebih memilih menjual gabah kepada tengkulak yang harganya selisih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pembelian pemerintah (HPP).Untuk gabah kering giling (GKG) di kalangan petani saat ini sudah mencapai Rp8 ribu hingga Rp8,5 ribu per Kilogram GKG. Sementara, HPP untuk GKG selisih lebih rendah yaitu sekitar Rp6,2 ribu per kilogram.

“Karena gini kalau karena kan kita untuk menjual komersial itu ya kalau kita beli dari petani itu nggak masuk harganya, susah kesusahan kita di situ. Biaya nya ketinggian,” ungkapnya.

“Makanya kita nunggu tahun depan nunggu HPP nya naik,” imbuhnya.

Di sisi lain, Bulog dalam melakukan serapan gabah atau beras dari petani saat ini belum melampaui target penyerapan. Kendati demikian pihaknya memastikan bahwa serapan yang baru mencapai sekitar 32 ribu ton setara beras masih bisa mencukupi kebutuhan masyarakat Indramayu.Bahkan, meski serapan tidak mencapai target 70 ribu ton di tahun 2023 ini. Bulog masih bisa membantu menyuplai beras ke daerah lainnya.”Kita sudah cukup karena kan masih bisa move ke daerah lain kan ya kita bantu wilayah atau cabang yang lain pada saat kondisi seperti ini. Ciamis, Cianjur, Karawang,” kata Ilhamsyah.

Ilhamsyah kembali menjelaskan bahwa tingginya harga gabah di kalangan tengkulak menjadi satu kendala tersendiri bagi Bulog untuk bisa menyerap gabah dari petani.”Iya kendala, karena petani kan senang harga naik cuma satu sisi kan Bulog kan gak masuk karena ketinggian. Pada saat mau beli Bulog juga bingung karena harganya rendah. Pasti petani akan menjual ke yang lebih menguntungkan,” kata dia.

Petani Indramayu Menolak Beras Impor
Sementara itu, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu menolak adanya kebijakan beras impor masuk ke Kabupaten Indramayu. Pasalnya, Indramayu yang memang dikenal sebagai daerah lumbung padi nasional ini, produksi padinya masih surplus.Meski menurutnya, produksi di musim gaduh atau MT2 tahun 2023 ini ada sekitar 10 persen persawahan yang gagal panen.

“KTNA menolak lah Indramayu kan surplus. Terus masih banyak gabahnya di petani walaupun persentase-nya di bawah 10 persen yang gagal panen tapi surplus,” ujar Sutatang.

Kehadiran beras impor dinilai KTNA akan mempengaruhi hukum pasar baik penjualan gabah maupun beras. Ia khawatir harga penjualan gabah yang sedang tinggi bisa menurun.”Pasti berpengaruh ya ketika ada stok banyak akan berlaku hukum pasar,. Nanti harga pasti turun. Sementara ini kan petani lagi menikmati harga yang tinggi,” terangnya.

“Petani saat ini bisa nutupi operasional pengolahan pertanian atau cost produksi,” jelas Tatang.

Tatang menegaskan bahwa pihaknya menolak beras impor. “Apapun alasan Bulog kami tetap menolak,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *