Warga Pangandaran Lebih Banyak Habiskan Uang Untuk Rokok Dibanding Kebutuhan Pokok

  • Bagikan

Pangandaran – MitraBangsa.Online Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pangandaran menunjukkan kecenderungan konsumsi masyarakat yang cukup mengkhawatirkan. Setiap bulannya, penduduk di wilayah ini tercatat lebih banyak membelanjakan uang untuk membeli rokok dibandingkan kebutuhan pangan dasar seperti beras dan lauk pauk.

Ketua Tim Statistik Sosial BPS Pangandaran, Kosih Kosasih, menjelaskan bahwa selama tahun 2024, komposisi pengeluaran penduduk Pangandaran terdiri dari 56 persen untuk kebutuhan makanan dan 44 persen untuk kebutuhan nonpangan, seperti pakaian, transportasi, hingga tempat tinggal.

“Dalam rincian per kapita, masyarakat Pangandaran rata-rata menghabiskan Rp125.812 setiap bulan hanya untuk membeli rokok. Sementara untuk kebutuhan utama seperti beras hanya sekitar Rp121.729 per kapita per bulan,” ungkap Kosasih, Jumat (20/6/2025).

Ironisnya, lanjut Kosasih, pengeluaran untuk konsumsi ikan yang merupakan komoditas andalan daerah ini bahkan jauh lebih rendah, hanya sekitar Rp52.403. Sedangkan jika dijumlahkan pengeluaran untuk membeli daging, susu, dan telur hanya mencapai Rp93.000—angka yang masih lebih rendah dibandingkan pengeluaran untuk rokok.

“Artinya, anggaran belanja rokok hampir menyamai bahkan melebihi kebutuhan gizi penting seperti protein hewani dan nabati,” jelasnya.

Kosasih juga memaparkan bahwa pengeluaran per kapita dihitung dari total pengeluaran konsumsi seluruh anggota rumah tangga selama satu bulan, baik dari hasil pembelian langsung, bantuan pihak lain, maupun hasil produksi sendiri, lalu dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga tersebut.

Menariknya, menurut data BPS, justru jenis pengeluaran terbesar masyarakat Pangandaran dalam kelompok makanan berasal dari pembelian makanan siap saji, yakni mencapai Rp212.793 per kapita per bulan.

Namun demikian, tingginya konsumsi rokok ini disebut Kosasih tidak berdampak langsung terhadap tingkat garis kemiskinan. “Karena rokok tidak menyumbang kalori yang dibutuhkan tubuh. Jadi meskipun jumlah pembeliannya besar, tidak serta-merta mengurangi angka kemiskinan,” katanya.

Fenomena serupa, lanjutnya, tidak hanya terjadi di Pangandaran, tetapi juga di banyak daerah lain. “Polanya hampir sama, pengeluaran untuk rokok masih lebih tinggi dibandingkan untuk kebutuhan pokok seperti beras. Dampaknya tentu terlihat dari pola konsumsi yang kurang ideal,” pungkasnya.

  • Bagikan