MitraBangsa.Online — Mantan Wakil Presiden Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF), Duong Vu Lam, memberikan tanggapan kritis terhadap kegagalan Timnas Indonesia dalam perjuangan menuju Piala Dunia 2026. Setelah dua tahun berjuang di babak kualifikasi zona Asia, langkah Skuad Garuda terhenti di fase keempat usai menelan kekalahan beruntun dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1) di Grup B.
Hasil tersebut membuat tim besutan Patrick Kluivert harus puas menempati posisi terbawah klasemen grup, sekaligus mengakhiri harapan lolos ke ajang sepak bola paling bergengsi dunia.
🔍 Duong Vu Lam Soroti Kualitas dan Semangat Pemain Diaspora
Dalam komentarnya, Duong Vu Lam mengakui bahwa kehadiran pemain keturunan—khususnya yang berasal dari Belanda—telah meningkatkan performa Timnas Indonesia dibandingkan tim Asia Tenggara lainnya. Namun, ia menilai bahwa kualitas para pemain diaspora tersebut masih belum menyamai level bintang-bintang top Asia.
“Banyak pemain asal Belanda yang memperkuat Timnas Indonesia, dan itu membuat mereka lebih kompetitif dibandingkan tim yang hanya mengandalkan pemain lokal Asia Tenggara. Tapi level mereka masih tergolong biasa saja,” ujar Vu Lam, dikutip dariSuperBall.id..
Ia menambahkan bahwa sebagian besar pemain diaspora Indonesia hanya bermain di klub-klub kelas menengah Eropa, berbeda dengan pemain Jepang, Korea Selatan, dan Iran yang sudah mapan di tim elite liga top dunia.
“Jika dibandingkan dengan pemain dari negara-negara papan atas Asia, Indonesia masih tertinggal. Nama-nama besar dari Jepang, Korea, dan Iran bermain di klub-klub besar Eropa, sementara pemain diaspora Indonesia hanya tampil di tim-tim menengah,” lanjutnya.
⚖️ Minimnya Ikatan Emosional dan Tekad Nasional
Vu Lam juga menyoroti kurangnya semangat nasionalisme di kalangan pemain naturalisasi Indonesia. Ia menilai bahwa mereka tidak memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap Tanah Air, berbeda dengan pemain dari Arab Saudi, Irak, dan Uzbekistan yang bermain dengan penuh semangat karena tekanan publik domestik.
“Pemain-pemain dari Arab Saudi, Irak, dan Uzbekistan bermain dengan semangat tinggi karena mereka tahu konsekuensi dari kekalahan. Sementara pemain naturalisasi Indonesia, setelah pertandingan, langsung kembali ke Eropa dan tidak terlalu peduli dengan opini publik Indonesia,” tegas Vu Lam.
📉 Perbandingan dengan Negara Tanpa Naturalisasi
Duong Vu Lam kemudian membandingkan Indonesia dengan Jepang dan Uzbekistan yang sukses membangun kekuatan sepak bola tanpa proyek naturalisasi. Ia menyebut bahwa pelatihan yang konsisten dan sistem pembinaan yang kuat menjadi kunci keberhasilan mereka.
“Uzbekistan lolos ke Piala Dunia berkat pembinaan yang baik, bukan karena naturalisasi. Jepang juga tidak perlu menaturalisasi pemain untuk menjadi tim terbaik di Asia. Sebaliknya, negara seperti Malaysia dan Indonesia justru merasakan dampak negatif dari strategi ini,” pungkasnya.
Penayang: MitraBangsa.Online
Editor: Tim Redaksi Mitra Media Grup





