Berita  

Brigjen Indarto Tolak ‘Uang Terima Kasih’ dari Perusahaan di Bekasi

Foto : Brigjen. Pol. Dr. Indarto, S.H., S.Sos., S.I.K., M.Si.
banner 120x600

Jakarta – Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Lemdiklat Polri Brigjen Indarto merupakan sosok yang berintegritas di mata Tukiyo Suryo Atmojo. Tukiyo turut mengusulkan Indarto sebagai penerima Hoegeng Awards 2024 dalam formulir online di tautan ini.
Sebagai orang yang pernah berurusan dalam sebuah perkara saat beliau menjabat sebagai Kapolres Bekasi Kota, beliau membantu penyelesaian dengan sangat baik dan ketika kami memberikan tanda terimakasih beliau menolak dengan sopan dan baik.

Saya menyaksikan langsung bagaimana beliau membangun integritas dan pelayanan prima di wilayah kepolisian Bekasi Kota. Bukan saja soal pembangunan fisik tempat pelayanan yang diperbaiki melainkan juga soal cara melayani masyarakat yang yang bebas dari korupsi dan mempersulit warga.

Sebagai warga masyarakat yang kebetulan menguasai bidang pengembangan diri ( NLP dan Hypnotherapy) saya sering diminta bantu oleh beliau untuk terlibat dalam sesi-sesi motivasi dan pengembangan diri. Hal ini tidak hanya beliau lakukan saat menjadi Kapolres Bekasi kota, melainkan juga saat beliau dipindahkan ke penugasan-penugasan lainnya. Beliau selalu aktif ingin membuat terobosan-terobosan guna memajukan institusi di bawah kendalinya Kehidupan pribadinya juga sangat sederhana dan sama sekali tidak menggambarkan layaknya sebagai perwira polisi.

Saat dihubungi Senin (19/2/2024), Tukiyo menceritakan awal mula dirinya mengetahui sosok Indarto. Kala itu Indarto masih berpangkat komisaris besar polisi (kombes pol) dengan jabatan Kapolres Metro Bekasi Kota.

“Beliau saat itu baru kurang lebih seminggu, atau dua minggu ditempatkan di Bekasi. Kebetulan saat itu saya mewakili sebuah company di Bekasi, posisi saya sebagai Vice President Corporate Legal. Kebetulan company saya ada pada waktu itu, kalau tidak salah laporan tentang ceceran limbah padat. Aduan itu ditindaklanjuti polisi, bahwa betul ada ceceran bekas truk ngangkut limbah, dan itu lantas di-police line. Nah karena yang di-police line letaknya di akses keluar-masuk, sehingga mengganggu kegiatan operasional,” cerita Tukiyo.

Karena tugasnya di perusahaan, Tukiyo akhirnya diharuskan bertemu dengan pihak kepolisian. Dia mengatakan saat itu adalah kali pertamanya berurusan dengan polisi, dan hampir semua orang yang dikenalnya bicara negatif mengenai pengalaman berurusan dengan polisi.

“Saat itu terus terang urusan dengan polisi saya tidak mengerti, karena baru juga menjabat di posisi itu. Nah mewakili perusahaan, saya tanya kepada orang-orang yang tahu berurusan dengan polisi, dan hampir seluruhnya yang saya tanya itu memberi komentar miring tentang polisi. Ditambah lagi dengan pengalaman-pengalaman selama ini yang saya dengar agak miring,” kata Tukiyo.

Setelah bertemu dengan Indarto dan membicarakan soal masalah perusahaannya, akhirnya disimpulkan bahwa ceceran limbah tak bermasalah bisa dibersihkan dan tak berdampak bagi warga sekitar karena tercecernya di area dalam pabrik. Tukiyo mengatakan Indarto sejumlah hal sebagai bahan evaluasi perusahaan, namun akhirnya membuka garis polisi yang terpasang di akses keluar-masuk pabrik.

“Tapi akhirnya saya datang saja, lalu saya kenalan dan ngobrol-ngobrol dengan beliau tentang temuan ini. Singkat kata singkat cerita, karena temuan itu bisa dibersihkan dan di lingkungan pabrik kami sendiri, sehingga setelah ditindaklanjuti lagi dinyatakan tidak terlalu bermasalah. Meskipun tetap ada hal yang kami harus tindaklanjuti, tetapi police line dibuka sehingga operasional pabrik tidak terganggu,” ujar dia.

Baca juga:
Aiptu Mahsin Didik Anak di Dompu yang Kecanduan Gadget Lewat Polisi Cilik
Tukiyo pun mengaku senang permasalahan perusahaannya selesai. Tukiyo lalu mendapat saran dari kawannya untuk memberi ‘tanda terima kasih’ pada Indarto. Tak dinyana, lanjut Tukiyo, ‘tanda terima kasih’ itu ditolak Indarto.

“Setelah itu saya tanya-tanya sama yang lain, ‘Ini gimana?’. Pada waktu itu ada teman kasih usulan beri ucapan terima kasih. Nah saya datang, saya bawa uang untuk tanda terima kasih, itu berdasarkan saran teman saya karena saya juga baru pertama urusan dengan polisi. Tapi saya terkejut, saya ditolak, ‘Biarlah ini tanda perkenalan saya dengan Mas Tukiyo. Yang penting minta tolong aja ya itu jangan terjadi lagi ya’,” jelas Tukiyo sambal menirukan kata-kata Brigjen Indarto saat menolak pemberiannya.

Tukiyo menyampaikan teman-temannya tak percaya dengan cerita soal sosok Indarto. Tukiyo pun tak menyangka pada pengalaman pertamanya berurusan dengan polisi ini.

“Jadi saya tidak mengeluarkan uang kenal beliau,” tutur Tukiyo.

Brigjen Indarto Tak Pernah Bahas Kepentingan Pribadi
Tukiyo menuturkan ada momen di mana Indarto bicara mengenai masyarakat yang mengaku ditipu dengan cara dihipnotis. Dan Tukiyo yang memiliki latar belakang hipnoterapis lalu mengajarkan soal kemampuan hipnotis yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Menurut Tukiyo, hal itu membuat Indarto tertarik dan akhirnya kerap mengundangnya.

“Kebetulan saya mantan hipnoterapis. Saya bilang kalau hypnotism itu sebuah knowledge, dan nggak selalu jelek. Hanya tergantung digunakan untuk apa, karena itu juga bisa digunakan untuk menyembuhkan phobia atau trauma dan lain-lain. Singkat cerita saya praktikan ke konsultan-konsultan itu. Beliau (Brigjen Indarto) bilang, ‘Wah ini berarti polisi-polisi harus belajar ini,’. Saya diminta untuk sharing ilmu kepada beberapa orang di lingkar satunya beliau,” terang Tukiyo.

Tukiyo menilai pertemanannya dengan Indarto tak terkait untung-rugi materiil, tetapi lebih ke arah bertukar ilmu dan pengetahuan. Tukiyo mengaku anggapannya tentang polisi dan stigma yang melekat pun perlahan berubah.

“Beliau benar-benar tidak menggunakan kewenangannya untuk yang sifatnya pribadi beliau. Saya merasa, ‘Wah ternyata persepsi orang tentang polisi itu tidak selalu mereka jelek’. Akhirnya kami berteman, saya malah diundang untuk sharing ke Mabes, ke polda. Saya merasa beliau salah satu yang berbeda dengan polisi-polisi lain,” sambung Tukiyo.

Tukiyo menuturkan tampilan Indarto pun jauh dari kesan seorang pejabat negara. Pun penampilan istri serta anak Indarto yang dinilai sederhana.

“Sejauh yang saya tahu saat bertemu istri dan anaknya, memang terkesan keluarga ini sangat sederhana. Terus waktu undang saya untuk bicara di Polda Jogja ya memang kita ada makan malam, dan makannya di pinggir jalan. Padahal levelnya kombes gitu ya. Saya pun sebenarnya suka yang sederhana. Akhirnya mungkin itu yang membuat saya dan Pak Indarto klik,” sebut Tukiyo.

Komitmen Indarto pada Integritas dan Perbaikan Polri
Pada kesempatan terpisah, detikcom juga menghubungi Indarto soal kesaksian Tukiyo. Indarto mengaku mengenal Tukiyo.

“Mas Tukiyo, oh iya kenal saya. Jujur saya detailnya, saya nggak bisa ngarang-ngarang. Tapi yang jelas memang pada saat itu beliau itu menyampaikan ke saya, kesannya beliau itu ‘Polisi itu, penyidik itu nyari-nyari’. Kesannya ya beliau sendiri yang nyeritakan. Saya bilang, ‘Saya nggak bisa intervensi, Mas. Tapi saya pastikan bahwa anggota saya prosedural, kalau memang itu benar ya benar, tapi kalau nggak, prosedural. Jadi nggak bisa intervensi karena penyidikan, gitu intinya,” jelas Indarto.

Indarto, singkat cerita, mendapati kesimpulan perusahaan tempat Tukiyo bekerja melanggar administrasi dan bukan unsur pidana. Sehingga memang kasusnya tak lanjut ke rana pidana.

“Hanya kesalahan administrasi atau apa, dan itu bukan pidana, kalau nggak salah begitu. Intinya sudah beres, lalu sudah. Terus saya lupa, dia ngucapin terima kasih atau apa. Tapi saya bilang ‘ngarang-ngarang saja’. Saya bilang ‘tugas saya meluruskan, saya tidak membantu Anda. Saya hanya memastikan kepada penyidik harus lurus, kalau ini salah ya udah langsung pidanakan’,” ucap Indarto.

Indarto lalu bicara soal dirinya yang memiliki target dalam pengabdian di Polri, yakni berkontribusi pada perubahan yang lebih baik. Salah satunya dengan menjaga integritas.

“Sebetulnya keinginan saya hanya satu, ingin berkontribusi terhadap perubahan-perubahan baik di polisi.Harus diakui bahwa masih ada banyak hal yang perlu kita perbaiki, walaupun sudah baik. Yang paling pertama adalah soal integritas. Nah untuk membuat kontribusi kepada Polri ini nggak akan bisa dilakukan kalau kita nggak memberikan contoh,” sebut Indarto.

Indarto menyebut perubahan pun harus dipraktikkan terlebih dulu tanpa menunggu-nunggu waktu. Indarto menyebut jika ditunda, malah justru tak menghasilkan perubahan.

“Dari diri sendiri dengan pangkat dan jabatan yang sekarang kita nunggu-nunggu nanti. Nggak bisa gini contohnya, ‘Saya nggak bisa melakukan perubahan saya kan masih pangkat Ipda. Nanti kalau sudah AKP baru bisa’. Nanti kalau sudah pangkat AKP, dia ngomong, ‘Saya kan hanya AKP, nggak bisa kalau bukan AKPB, Kapolres’. Nanti kalau jadi Kapolres, ‘Nggak bisa, saya kan masih Kapolres’. Kalau kayak gitu terus dia nggak bisa melakukan perubahan kan,” ucap Indarto.

“Yang betul adalah kamu lakukan perubahan pada dirimu dulu, yang bisa kamu lakukan dengan jabatan kamu sekarang. Misalnya kalau kamu kanit, ya pastikan unitmu itu menjadi unit yang berintegritas. Kalau kamu jadi kapolres, pastikan polresmu berintegritas. Jadi direktur pastikan direktoratmu berintegritas,” sambung Indarto.

Di sisi lain, berdasarkan penelusuran di situs Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), tercatat Indarto melaporkan harta kekayaannya pada periode 2017, 2018 dan 2020. Saat LHKPN terakhir dilaporkan, yakni 2020, Indarto masih berpangkat kombes dengan jabatan Kasubdit V Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.

Mengacu pada LHKPN periode 2020, total harta kekayaannya Rp 5,228,711,335. Dia memiliki tiga bidang tanah yakni dua di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) dan di Depok, Jawa Barat (Jabar).

Dua tanah Indarto di Jawa Timur masing-masing seluas 421 meter persegi dan 210 meter persegi, sementara sebidang tanah di Depok memiliki luas 600 meter persergi. Kemudian Indarto melaporkan kepemilikan dua unit mobil yaitu Pajero Sport keluaran 2017 dan Toyota News Avanza Veloz keluaran 2013. Lalu tertulis kas atau setara kas Indarto Rp 138.711.335.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *