MitraBangsa.Online, Jakarta — Asosiasi Peternak Layer Nasional (APLN) menegaskan bahwa pelaksanaan penuh Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak akan mengganggu stabilitas harga telur ayam di pasar domestik. Pemerintah sendiri menargetkan jumlah penerima manfaat MBG mencapai 82,9 juta jiwa pada Maret 2026.
Ketua Umum APLN, Ki Musbar Mesdi, menyebutkan bahwa kebutuhan telur ayam untuk MBG saat ini mencapai 6.250 ton per pekan, yang diserap oleh 12.500 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sementara itu, kapasitas produksi telur ayam segar nasional mencapai 124.950 ton per pekan.
“Jika tahun depan 32.500 dapur SPPG beroperasi, kebutuhan telur ayam MBG hanya sekitar 16% dari total produksi nasional. Jadi, MBG tidak akan mengganggu pasokan telur ayam ke pasar,” ujar Musbar, Sabtu (25/10), dikutip dari Katadata.co.id.
Peternak Siapkan Bibit Ayam Hingga 2030
Musbar juga menyampaikan bahwa peningkatan kebutuhan MBG telah diantisipasi oleh peternak ayam petelur dan pedaging. Mereka telah menyusun proyeksi kebutuhan bibit ayam hingga tahun 2030 untuk menjamin pasokan tetap stabil.
Namun, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengingatkan bahwa jumlah peternak ayam pedaging perlu ditambah seiring ekspansi dapur SPPG. Berdasarkan data resmi BGN, hingga awal September 2025, terdapat 10.643 dapur SPPG yang aktif. Tahun depan, jumlah tersebut ditargetkan naik menjadi 31 ribu unit.
Dengan proyeksi tersebut, kebutuhan ayam pedaging diperkirakan mencapai 1,04 miliar ekor—setara sepertiga dari total produksi ayam pedaging nasional tahun 2024 yang mencapai 3,14 miliar ekor.
“Jika peningkatan kebutuhan daging ayam tidak diimbangi dengan munculnya peternakan baru, pasokan bisa terganggu. Begitu pula dengan telur ayam ras,” kata Dadan.
Dampak Harga dan Indeks Perubahan Harga
Dadan mengungkapkan bahwa program MBG telah menyerap sepertiga kapasitas produksi ayam ras nasional hingga kuartal ketiga 2025. Hal ini berdampak pada kenaikan harga daging dan telur ayam ras di pasar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa komoditas tersebut menjadi pendorong utama kenaikan Indeks Perubahan Harga (IPH) di 18 provinsi. IPH tertinggi tercatat di DKI Jakarta, naik 2,71% pada September 2025.
“Saya kira ada benarnya kenaikan harga daging ayam bulan lalu disebabkan oleh MBG. Kebutuhan daging ayam per dapur mencapai 2.800 ekor per bulan,” ujar














